SALATIGA – Divisi Humas Mabes Polri yang dipimpin AKBP Gatot Hendro Hartono mengandeng Nassir Abbas (Mantan Ketua JI) mengelar Forum Grup Discussion (FGD) di Pondok Pesantren Asyurkati Jalan Diponegoro Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).
FGD bertemakan ‘Terorisme Adalah Musuh Bersama’ dilakukan dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi khususnya di lingkungan lembaga pendidikan maupun pondok pesantren.
Kegiatan dipandu oleh pengasuh Ponpes Asyurkati Ustad Didin, dengan diawali sambutan Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana, dilanjutkan sambutan Tim Divisi Humas Mabes Polri AKBP Gatot Hendro Hartono dengan membacakan amanat Kadiv Humas Polri.
Nasir Abbas menyampaikan bahwa dirinya bukan asli orang Indonesia namun dari Singapura, kemudian dirinya menjadi warga negara malaysia.
Kemudian sekitar 35 tahun yang lalu dirinya berhenti sekolah setelah lulus SMP dan ingin belajar Al-Quran di sebuah Masjid yang dianggap warga sekitar disebut sebagai Masjid Wahabi.
Namun dirinya tidak peduli karena mengangggap bahwa Masjid tersebut sangat cocok untuk dirinya, akibatnya pendidikan dirinya tidak lengkap.
Selanjutnya, ia berkenalan dengan Ustadz Abu Bakar Baasyir dan mengirim saya ke Afganistan untuk melaksanakan jihad sesuai dengan ajaran yang ia kenal.
“Semuanya sudah disiapkan, namun setelah disana justru saya disuruh masuk sekolah kembali, untuk belajar dalam rangka mempersiapkan diri membentuk negara Islam, sampai saya lulus tahun 1990 dan menjadi pengajar disana, kemudian saya aktif sebagai Ketua Kelompok Jamaah Islamiyah wilayah Timur termasuk menguasai wilayah Indonesia,” kata Nasir Abbas.
Lebih lanjut, kelompoknya merencanakan tindakan melawan pemerintah (Indonesia), namun pada akhirnya aksi mereka menyimpang sehingga terjadilah aksi terorisme, seperti pengeboman gereja dan tindakan tindakan pengeboman lainnnya.
“Syukur Alhamdulillah melalui Polisi pada 18 April 2003, saya tertangkap dalam keadaan hidup, kemudian saya menyadari bahwa saya salah dan sekarang ikut membantu Polisi dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme karena terorisme adalah musuh kita bersama,” terangnya.
Dikatakan Nasir lagi, hikmahnya ia menyadari bahwa memang ada kelompok yang mengatasnakan Islam untuk melawan pemerintah yang sah di Indonesia, padahal apa yang mereka lakukan menyalahi aturan jihad, misalnya membunuh wanita, membunuh anak-anak, membunuh lawan yang tanpa perlawanan dan merusak tempat ibadah lain, namun kelompok-kelompok tersebut melakukan itu semua.
“Perbuatan yang diridhoi Allah adalah niat baik dan sesuai tuntunan, niat jihad baik namun dengan apa mereka melakukan dengan cara pengeboman dan lain-lain itu tidak baik,” tukasnya.
Nasir menerangkan, saat ini siapa saja bisa direkrut oleh mereka sehingga perlu kita membentengi diri yaitu dengan cara belajar yang benar, agar tidak ikut sana ikut sini tanpa pengetahuan yang cukup, sehingga mudah terpengaruh hal yang tidak baik seperti kelompok terorisme.
Untuk itu, Nasir berharap sebagai generasi penerus bangsa tetaplah belajar sampai selesai ditempat yang baik, jangan mudah terpengaruh dan terbawa arus, tidak termakan hoax, merasa beruntunglah hidup di Negara Indonesia dengan Pancasila yang sangat sesuai dengan ajaran agama Islam.
Kapolres Salatiga berkata bahwa kegiatan FGD yang dilaksanakan Divhumas Mabes Polri sangat baik untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan dan bangga menjadi bangsa Indonesia.
Sehingga dapat menangkal berkembangnya paham radikalisme yang menjadi pemicu terjadinya aksi terorisme. (JNJ/Adi)